Selasa, 14 Mei 2019

Veronika Memutuskan Mati

Veronika memutuskan untuk mati. Perempuan memilih cara yang romantis untuk mati, misalnya menyayat pergelangan dengan pisau silet imut dan meminum obat tidur merk terkenal hingga overdosis.

Kenapa bunuh diri itu dibenci? Karena dia memutuskan berjuang untuk mati ditengah orang mati-matian berjuang untuk hidup. Saya pikir tindakan membenci orang bunuh diri karena kita cemburu pada dia.


Banyak orang enggan bunuh diri karena alasan harus hidup untuk anak-anaknya. Padahal kehidupannyalah yang menjadi alasan kenapa anak-anaknya ada.

Orang waras mengatakan dari adalah simbol perbudakan. Manusia diikat lehernya sepanjang dia bekerja. Tidak ada manfaat dari dari kecuali rasa lega setelah pulang ke rumah.

Bunuh diri terjadi bukan hanya karena banyak hutang, rumah tangga hancur dan karir ambruk. Seseorang bisa melakukan bunuh diri karena sudah bosan dengan rutinitas yang terlalu nyaman dan kemewahan yang menjenuhkan. Apalagi kalau sma sekali tidak percaya keberadaan Tuhan.

Novel tentang bunuh diri ini mengajarkan untuk memghargai hidup. Dan agama selalu menjadi arternatif yang sebenarnya adalah fondasi dari novel-novel Paolo Coelho.

Saya membayangkan kalau agama tidak ada, maka jumlah pasien rumah sakit jiwa akan lebih banyak daripada orang orang normal yang berkeliaran di luar rumah sakit jiwa. Atau bahkan mungkin yang berkeliaran adalah orang sakit jiwa yang banyak jumlahnya sementara sebagian kecil orang normal diisolasi di dalam masjid, gereja dan kuil.

"Ateisme itu bulsyit," kata teman saya, "lihat saja setiap turbulensi di pesawat, orang yang paling ateis sekalipun akan bilang 'oh my God, oh my God'". Benar orang tidak bisa menolak Tuhan, sekalipun orang itu tidak mempercayainya, seperti dikatakan tokoh Eduard saat sedang sangat terdesak, di dalam novel ini, "Tuhan, sekalipun aku tidak percaya kau ada, untuk kali ini, kabulkan permintaanku,".

Saya maklum banyak orang yang tidak percaya tuhan karena benci dengan agama. Perangai agen dan komititas agama-agama memang menjijikan. Karena itu, sebagaimana formulasi Paolo Coelho dalam novel ini, tasawuf menjadi alternatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar