Sebenarnya cara paling mudah dan paling terang
memahami Aquran adalah dengan menelaahnya tanpa perangkat ilmu bantu apapun.
Alquran itu sejalan dengan pemahaman bawah sadar manusia. Dia adalah konfirmasi
bagi pengetahuan sederhana yang mendasar manusia. Mana yang baik dan mana yang
buruk, berserah diri pada Allah, berinfak, berbuat baik pada manusia, adalah
prinsip sederhana yang telah dipahami manusia dan Alquran mengkonfirmasi itu.
Ternyata Alquran diturunkan bukan untuk menyusahkan, tetapi hanya
mengkonfirmasi pengetahuan yang ada, hanya mengkonfirmasi fitrah manusia.
Tidak ada pilihan lain kecuali tunduk, berserah dan
menerima segala keputusan Allah. Siapa saja yang menurut, maka mendapatkan
kenikmatan. Siapa saja yang ingkar, dia mendapatkana azab yang pedih.
Sistematika Alquran sangat mirip metode
ilmiah: menegaskan identitas melalui negasi identitas yang paling mirip. Dalam
hal ini, Islam sebagai agama menegaskan diri bahwa ia sejalan dengan Yahudi dan
Nasrani, sekaligus mengatakan sumber dua agama itu adalah dari orang Muslim
yang hanif yakni Ibrahim, Ismail dan Ishak. Sebagai kitab suci, Alquran menegaskan
bahwa dirinya adalah menyempurnakan kekurangan dari tauratm Injil dan Zabur. Klarifikasi-klarifikasi
ini mirip literatur review dalam menemukan lacuna dan menegaskan novelty.
Bagaimana Alquran menegaskan otentisitasnya patut menjadi
inspirasi publikasi ilmiah. Bagaimana Alquran dengan sangat gagah menentang
ahli kitab untuk menemukan dalam agama hanif bahwa bukan Makkah pusat ibadah.
Bagaimana Alquran menentang ahli kitab untuk menunjukkan bahwa bukan agama
Ibrahim yang paling orisinil. Lalu menegaskan bahwa prinsip Ibrahim itulah yang
paling identik dengan ajaran Muhammad.
Sikap percaya diri Alquran itu tidak
sepenuhnya ditujukan kepada Yahudi karena telah berulang kali Aquran menegaskan
bahwa walau bagaimanapun, umumnya Israil tidak akan beriman pada ajaran
Muhammad. Ada sentimen dalam hal ini. Dan sepertinya itu promordial. Bangsa
yang sangat dimanjakan sepanjang sejarah harus menerima kenyataan bahwa rasul
terakhir adalah dari bangsa keturunan Ismail.
Alquran sangat menghormati Injil dan Taurat.
Seolah ingin mengatakan, "aku hanya dapat diperbandingkan dengan kitab-kitab
itu". Demikian juga Alquran menganggap Muhammad hanya layak didiskursuskan
dengan orang-orang besar seperti Isa, Musa dan Ibrahim. Sebagai oposisi,
Muhammad hanya dihadapkan kepada Yahudi, petinggi Makkah, khususnya Abu Lahab
yang elitis dan kaya raya itu. Demikian dalam keseluruhannya, Alquran memilih
ruang diskursus yang sesuai: Musa dengan Firaun, Adam
dengan Ibris, Ibrahim dengan Namrud, dan seterusnya. Ini menjadi pelajaran bagi
kita untuk tidak sembarangan melibatkan referensi dalam sitasi dan diskursus
akademik. "Kalau menyebut nama, buat yang bisa langsung membuat orang
paham dengan kepakarannya", kata Fuad Jabali. Kalau mendengan katakunci
'Aceh', misalnya, libatkan Hurgronje, Ibn Batutah, Marko Polo, T. Iskandar dan Timo
Peres. Jangan berdiskursus dengan mereka yang ketika disebut namanya, tidak
memiliki reputasi yang tinggi.
Bahwasanya Islam ingin menekankan pada
solidaritas sebuah kelompok sosial. Islam ingin menunjukkan eksistensinya dalam
bentuk sebuah masyarakat yang solid. Setiap anggotanya adalah mereka yang siap
kapan saja untuk melakukan peperangan apabila hal-hal mereka diganggu. Islam
membenci di antara orang Muslim yang menolak untuk berperang membela hak-hak mereka.
Alquran menagaskan bahwa Allah tidak bernegosiasi. Dia
mengazab yang durhaka dan memberi nikmat bagi yang taat. Allah menekankan bahwa
setiap individu harus taat pada perintah Allah, berani berjihad karena nyawa di
tangan Allah, rajin bersedekah karena rezeki di tangan Allah.
Sebenaranya Allah yang maha menentukan apapun
menjadikan jihad sebagai sarana menguji kesetiaan, keimanan manusia. Yang
meninggal dalam jihad diampuni dosanya dan mereka hidup dalam kedamaian dan
kebahagiaan.
Alquran sangat membenci pengikut Yahudi karena mereka benar-benar
ngeyel. Mereka mengeluarkan berbagai dalih untuk menolak Muhammad. Allah
memperingatkan itu hanyalah sikap ngeyel mereka. Karena mereka sifatnya memang
membantah para rasul yang diutus. Dan ini mengesankan Muhammad sebagai Arab dan
pemindahan pusat ibadah ke Makkah hanyalah bagian dari cari alasan mereka untuk
menolak Muhammad.
Allah memerintahkan mukmin untuk tidak
terpesona dengan capaian-capaian orang kafir.
Muslim harus menjadikan kehidupan akhirat sebagai orientasi. Muslim harus terus
menerus mengingat Allah, berbuat kebaikan. Dan memperingatkan bahwa sebagian
ahli kitab itu adalah orang yang bertakwa.
Setiap muslim harus berjiwa prajurit. Perlu senantiasa
waspada. Mereka dibiarkan bergerak ketika dihambat dalam jalan Allah dan
berperang bila maqasid syariah dihalangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar