Jumat, 17 Mei 2019

Pemaknaan: Wibawa Al-Quran


Sebenarnya cara paling mudah dan paling terang memahami Aquran adalah dengan menelaahnya tanpa perangkat ilmu bantu apapun. Alquran itu sejalan dengan pemahaman bawah sadar manusia. Dia adalah konfirmasi bagi pengetahuan sederhana yang mendasar manusia. Mana yang baik dan mana yang buruk, berserah diri pada Allah, berinfak, berbuat baik pada manusia, adalah prinsip sederhana yang telah dipahami manusia dan Alquran mengkonfirmasi itu. Ternyata Alquran diturunkan bukan untuk menyusahkan, tetapi hanya mengkonfirmasi pengetahuan yang ada, hanya mengkonfirmasi fitrah manusia.


Tidak ada pilihan lain kecuali tunduk, berserah dan menerima segala keputusan Allah. Siapa saja yang menurut, maka mendapatkan kenikmatan. Siapa saja yang ingkar, dia mendapatkana azab yang pedih.

Sistematika Alquran sangat mirip metode ilmiah: menegaskan identitas melalui negasi identitas yang paling mirip. Dalam hal ini, Islam sebagai agama menegaskan diri bahwa ia sejalan dengan Yahudi dan Nasrani, sekaligus mengatakan sumber dua agama itu adalah dari orang Muslim yang hanif yakni Ibrahim, Ismail dan Ishak. Sebagai kitab suci, Alquran menegaskan bahwa dirinya adalah menyempurnakan kekurangan dari tauratm Injil dan Zabur. Klarifikasi-klarifikasi ini mirip literatur review dalam menemukan lacuna dan menegaskan novelty.

Bagaimana Alquran menegaskan otentisitasnya patut menjadi inspirasi publikasi ilmiah. Bagaimana Alquran dengan sangat gagah menentang ahli kitab untuk menemukan dalam agama hanif bahwa bukan Makkah pusat ibadah. Bagaimana Alquran menentang ahli kitab untuk menunjukkan bahwa bukan agama Ibrahim yang paling orisinil. Lalu menegaskan bahwa prinsip Ibrahim itulah yang paling identik dengan ajaran Muhammad.

Sikap percaya diri Alquran itu tidak sepenuhnya ditujukan kepada Yahudi karena telah berulang kali Aquran menegaskan bahwa walau bagaimanapun, umumnya Israil tidak akan beriman pada ajaran Muhammad. Ada sentimen dalam hal ini. Dan sepertinya itu promordial. Bangsa yang sangat dimanjakan sepanjang sejarah harus menerima kenyataan bahwa rasul terakhir adalah dari bangsa keturunan Ismail.


Alquran sangat menghormati Injil dan Taurat. Seolah ingin mengatakan, "aku hanya dapat diperbandingkan dengan kitab-kitab itu". Demikian juga Alquran menganggap Muhammad hanya layak didiskursuskan dengan orang-orang besar seperti Isa, Musa dan Ibrahim. Sebagai oposisi, Muhammad hanya dihadapkan kepada Yahudi, petinggi Makkah, khususnya Abu Lahab yang elitis dan kaya raya itu. Demikian dalam keseluruhannya, Alquran memilih ruang diskursus yang sesuai: Musa dengan Firaun, Adam dengan Ibris, Ibrahim dengan Namrud, dan seterusnya. Ini menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak sembarangan melibatkan referensi dalam sitasi dan diskursus akademik. "Kalau menyebut nama, buat yang bisa langsung membuat orang paham dengan kepakarannya", kata Fuad Jabali. Kalau mendengan katakunci 'Aceh', misalnya, libatkan Hurgronje, Ibn Batutah, Marko Polo, T. Iskandar dan Timo Peres. Jangan berdiskursus dengan mereka yang ketika disebut namanya, tidak memiliki reputasi yang tinggi.

Bahwasanya Islam ingin menekankan pada solidaritas sebuah kelompok sosial. Islam ingin menunjukkan eksistensinya dalam bentuk sebuah masyarakat yang solid. Setiap anggotanya adalah mereka yang siap kapan saja untuk melakukan peperangan apabila hal-hal mereka diganggu. Islam membenci di antara orang Muslim yang menolak untuk berperang membela hak-hak mereka.

Alquran menagaskan bahwa Allah tidak bernegosiasi. Dia mengazab yang durhaka dan memberi nikmat bagi yang taat. Allah menekankan bahwa setiap individu harus taat pada perintah Allah, berani berjihad karena nyawa di tangan Allah, rajin bersedekah karena rezeki di tangan Allah.
Sebenaranya Allah yang maha menentukan apapun menjadikan jihad sebagai sarana menguji kesetiaan, keimanan manusia. Yang meninggal dalam jihad diampuni dosanya dan mereka hidup dalam kedamaian dan kebahagiaan.


Alquran sangat membenci pengikut Yahudi karena mereka benar-benar ngeyel. Mereka mengeluarkan berbagai dalih untuk menolak Muhammad. Allah memperingatkan itu hanyalah sikap ngeyel mereka. Karena mereka sifatnya memang membantah para rasul yang diutus. Dan ini mengesankan Muhammad sebagai Arab dan pemindahan pusat ibadah ke Makkah hanyalah bagian dari cari alasan mereka untuk menolak Muhammad.

Allah memerintahkan mukmin untuk tidak terpesona dengan capaian-capaian orang kafir. Muslim harus menjadikan kehidupan akhirat sebagai orientasi. Muslim harus terus menerus mengingat Allah, berbuat kebaikan. Dan memperingatkan bahwa sebagian ahli kitab itu adalah orang yang bertakwa.

Setiap muslim harus berjiwa prajurit. Perlu senantiasa waspada. Mereka dibiarkan bergerak ketika dihambat dalam jalan Allah dan berperang bila maqasid syariah dihalangi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar