Kamis, 09 Mei 2019

Pemaknaan Pertama: Pembukaan dan Penegasan

Inti Surat Alfatihah adalah harapan, atau permohonan, "Bimbinglah kami ke jalan yang lurus". Lima ayat sebelumnya adalah sapaan dan pujian supaya harapan dikabulkan. Ayat terakhir adalah keterangan bagi inti. Siapa saja yang memuji manusia dengan membawa harapan, maka dia melakukan kesyirikan. Tidak ada pujian dan pengagungan kecuali kepada Allah.

Bimbingan ke jalan yang lurus terdapat dalam Alquran. Prinsip dasar bimbingan tentunya mempercayai Alquran. Lalu percaya kiamat itu nyata, shalat tidak bolong, suka bersedekah,  percaya pada Nabi Muhammad. Kalau petunjuk bimbingan tidak dipercayai, bagaimana bisa terbimbing.


Jadi, prinsipnya adalah meyakini yang prinsipil, fondasi. Dalam ilmu mantiq, penalaran hanya bisa dilakukan bila proposisinya sudah diyakini validitasnya. Jadi bila tidak yakin dengan proposisi, maka penalaran tidak perlu dilakukan.

Dalam pembukaan Albaqarah telah ditegaskan peruntukan Alquran, yakni hanya pada yang yakin saja, Bagi yang ragu dan tidak percaya, Alquran tak perlu baginya. Bahkan dia tidak berhak mengomentari apapun dari Alquran.

Alquran menggambarkan bagaimana buruknya kondisi orang yang ragu dan tidak percaya pada Alquran. Mereka seperti orang yang berada dalam kegelapan, tanpa cahaya sama sekali.

Tidak ada cahaya lain kecuali Alquran. Tidak ada cara lain kecuali beriman pada Allah, melakukan kebaikan, menyambung silaturrahmi, berbuat baik kepada seluruh isi alam, tidak melakukan kerusakan.

Malaikat sendiri paham bahwa tabiat manusia adalah berbuat kerusakan. Tetapi Tuhan mengapresiasi karena manusia adalah jiwa Ilahiyah. Manusia mampu melihat transendensi dalam immanensi. Manusia memiliki daya nakar dan daya Ilahiyah.

Termakannya buah terlarang adalah sebuah pengujian bahwa manusia mampu mengembangkan potensi secara bebas, di samping telah mampu menemukan transendensi dalam imanensi. Dua rasyarat itu telah cukup bagi manusia menlanjutkan karir di bumi.

Tipikal manusia adalah berbuat kerusakan. Di tengah-tengah mereka selalu diutus orang untuk memberi peringatan. Tetapi mereka mengolok-olok utusan itu. Mereka selalu meminta penyegaran kitab suci. Tetapi ketika dihadirkan Alquran, mereka ngeyel, "kami mau kitab suci yang lama saja,".

Orang Israil adalah contoh yang baik bagi representasi perlawanan kepada Tuhan. Mereka memahami pesan Tuhan tetapi enggan mematuhinya. Cara mengingkarinya adalah dengan membunuh nabi, mengolok-olok ajarannya. Tipikal Israil adalah mengadu-domba, menumpahkan darah, mempelajari sihir untuk merusak harmonisme, menfitnah, suka menuding, menyebarkan berita bohong.

Dianggap Israil menolak ajaran dibawa Muhammad karena dia dari Makkah dan berbangsa Arab. Pusat ibadah juga beralih dari Yerussalem ke Makkah. Tetapi sebenarnya itu adalah keinginan kakek mereka sendiri, Ibrahim. Didoakan oleh Ibrahim supaya rasul dari putranya, bukan khusus Ishak saja. Pusat ibadah juga bukan di pindah tetapi dikembalikan. Makkah sebagai pusat ibadah adalah permintaan Ibrahim. Sebenarnya penolakan karena rasul terakhir adalah dari bangsa Arab dan pusat ibadah di Makkah hanya cari-cari alasan saja dari Israil. Memang demikian watak mereka.

Sebenarnya Yahudi dan Nasrani sangat tahu bahwa Muhammad adalah rasul. Mereka juga paham bahwa pusat ibadah adalah Makkah. Tetapi tabiat mereka memang pembangkang dan tukang ngeyel.

Kehadiram Muhammad, turunnya Alquran dan kembalinya pusat ibadah ke Makkah adalah hal yang sebenarnya sudah diketahui ahli kitab. Tetapi mereka berharap hal ini tidak tersebar. Namun sayangnya rasul terakhir itu bukan dari Israil sehingga prnyebaran ini menjadi tidak terbendung.

Yahudi dan Narsani sangat paham bahwa Muhammad adalah rasul dan Makkah adalah pusat ibadah. Argumentasi ngeyel mereka telah dibantah melalui kisah Ibrahim, Ismail, Ishak dan Yakub. Maka itu mereka sangat kesal dengan perayaan haji beserta ragam ritualnya. Haji menjadi pukulan telak atas argumel ngeyel mereka. Sebelumnya pukulan telah dilancarkan melalui kewajiban puasa.

Telah banyak bukti bagi Yahudi dan Nasrani, tetapi mereka memang sifatnya suka membantah. Ngeyel. Dan mereka tidak akan semang kepada Muhammad dan pengikutnya hingga mengikuti ajaran mereka. Segala usaha akan dilakukan. Usaha itu dianggap sebagai  kehormatan. Maka dari itu, Muslim sudah diperingatkan bahwa cobaan pasti akan datang. Tetapi Islamm punya keunikan bahwa bila mereka diusir dari kampung halaman, atau dihalangi beribadah ke Makkah, maka terkenalah kewajiban melawan bagi Muslim. Selain itu, dalam masa cobaan itu, Muslim harus memperbanyak zikir.

Perang adalah pertahanan dalam sosial Muslim yang solid. Solidaritas itu dimulai dari memperhatikan sosial seperti anak yatim. Penekanannya adalah pada poersoalan domestik yang diselenggarakan melalui batas-batas yang telah ditentukan Allah. Bahwa solidaritas, pertanahan sosial Islam itu solid. Allah memperbandingkannya dengan Israil yang ngeyel ketika disuruh berperang. Tetapi ketika mereka solid, patuh pada komando, maka pasukan mereka yang sedikit yang dipimpin Jalud itu mampu mengalahkan Tentara Jalud. Daud berhasil membunuh Thalud.

Solidaritas dibentuk melalui kesamaan paragidma. Selanjutnya dengan solidaritas yang beradab: pemberian tanpa harap imbalan. Selanjutanya ekonomi bebas riba. Allah yang melapangkan dan menyempitkan rezeki. Jangan takut tolak riba.

Maka diperintahkan supaya dalam muamalah mengikuti aturan yang ditetapkan Allah. Allah takkan memberi cobaan diluar kesanggupan. Semoga kita tidak diberi cobaan seberat ummat terdahulu. Maka mohonlah lindungan Allah. Karena semua putusan mutlak padaNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar