Sabtu, 05 Januari 2019

ISLAM SEBAGAI RUKUN KEMANUSIAAN

Islam tampaknya benar-benar merupakan agama yang memiliki misi yang jelas di pagelaran dunia. Rukun Islam itu adalah ibadah yang sifatnya sangat individul tetapi padanya terdapat misi dunia yang solid. Kalimah syahadat itu adalah deklarasi persatuan. Padanya adalah sebuah imajinasi tinggi yang dengannya membuka pandangan bahwa semua makhluk di dunia adalah satu, apapun itu, manusia dan malaikat, lat batat kayee batee. Pada dua kalimah itu tidak ada lagi diskursus perbedaan warna kulit, tidak ada lagi perbedaan simbol dan tata cara pengabdian pada Sang Hyang. Dalam kalimat tauhid tidak ada perbedaan kubah masjid dan pintu gerbang pagoda. Tidak hanya manusia, segala isi semesta adalah satu kesatuan yang sama pada relitasnya. Pada kalimat tauhid tidak ada pembakaran gereja dan pengeboman di kuil.




Shalat adalah sebuah kekhusyukan yang menyimpan semangat aktivitas kerja nyata di atas panggung dunia. Setiap gerakannya dibangun dengan kandungan makna yang kuat. Gerakan bersama itu prinsip aktualitas visi yang sama umat manusia. Bisa saja Muslim sedang khusyu sujud dan ruku, tetapi pada saat yang sama Kristiani yang berada di gereja dan Hindu yang sedang berada di bawah pohon besar adalah satu gerakan yang sama. Atas dasar kesadaran itu kita mampu membangun prinsip kesatuan dalam Pancasila dalam Hak Asasi Manusia. Shalat adalah aktualisasi penyerahan diri semua umat manusia pada  kekuasaan Tuhan terlihat dengan nyata. Sujud kaum Muslim di masjid adalah sembah umat Budha di hadapan patung Ganesha. Kesamaan gerakan shalat adalah deklarasi kesamaan ummat manusia. Tiada beda kecuali pada mereka yang belum benar-benar dapat memahami makna terdalam shalatnya. Sebab itulah mereka yang baik shalatnya di masjid akan sangat setia mengawal yang sedang beribadat di gereja.

Puasa adalah sebuah tindakan yang bertentangan dengan makna-makna keterbatasan. Makna-makna yang terbatas itu adalam membeli ketika mampu dan makan ketika lapar. Tetapi puasa hendak menggugat itu semua. Puasa hendak mengingatkan umat Islam bahwa di pinggir hutan Brazil sana ada pengabdi Yesus yang sedang kelaparan. Puasa hendak menggungat keserakahan Muslim bahwa ada umat Hindu yang sedang sangat membutuhkan di kaki Himalaya sana. Puasa hendak mengingatkan bahwa manusia itu pada dasarnya hidup dalam kebahagian dan penderitaan pada saat yang sama. Puasa ingin berkata bahwa manusia di seluruh dunia adalah wujud yang sama, yang sama-sama bisa bahagian dan sama-sama bisa menderita pada saat yang sama.

Untuk itulah Tuhan mewajibkan zakat supaya Muslim yang memiliki kelebihan harta dapat memenuhi kebutuhan bocah-bocah Kristen di Bolivia untuk dapat membeli kemaja cantik untuk dipakai hari Minggu. Zakat hendak menunjukkan bahwa Muslim itu bersedia membangun gereja untuk saudara mereka di Argentina. Semua itu harus berbekal pada persatuan dan konsolidasi ummat Islam di seluruh dunia.

Haji adalah momen untuk itu. Dalam haji, kaum Muslim harus berbagi informasi apakah masih ada pagoda yang sudah miring gapuranya. Haji itu tempat berbagi informasi apakah masih ada kursi-kursi di gereja yang sudah mulai goyang.

Demikian di Makkah, demikian juga di Vatikan. Paus harus mendapatkan informasi apakah masih ada anak Muslim di Afghanistan yang belum mampu membeli baju baru untuk Idul Fitri tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar